SEGARNYA TUAK MANIS DI BULELENG BARAT

Administrator 03 April 2024 11:48:34 WITA

Tuak manis dan musim panas di Buleleng adalah dua paduan yang serasi. Tak heran, minuman tradisional yang mempunyai nama beragam ini banyak dicari sebagai pelepas dahaga.

Musim panas di Buleleng, Bali, terasa menyengat. Bulan Juni hingga September, matahari tak bisa diajak berkompromi.

Matahari berjumlah lebih dari satu dan hanya berjarak sejengkal dari kepala. Namun sengat panas di Buleleng dapat sedikit terobati lewat segarnya tuak manis, minuman tradisional yang berasal dari air sadapan pohon lontar atau yang di Bali lazim dikenal sebagai ental.

Berbeda dengan tuak pada umumnya yang memiliki kandungan alkohol, tuak manis tidak mengandung alkohol. Seperti namanya, tuak manis memiliki dominasi rasa manis, agak masam, dengan sensasi sedikit sepet di lidah dan langit-langit mulut.

Selain cocok menjadi pelepas dahaga saat musim panas, minuman tradisional yang oleh masyarakat Jawa dikenal sebagai legen atau badeg ini juga sangat cocok dikonsumsi saat tubuh merasa lelah karena sensasi segar yang dimilikinya.

Komang Sudirga, salah satu petani ental dan perajin tuak manis dari Desa Patas, Buleleng, mengatakan mulai menekuni usaha tuak manis sejak pandemi Covid-19 tahun 2019 silam. Sebelumnya, ia telah menekuni usaha tuak wayah atau tuak tua yang memiliki kandungan alkohol karena proses fermentasi.

Dalam sehari Sudirga mengaku dapat menghasilkan puluhan liter tuak manis. Banyak tidaknya tuak manis yang dihasilkan tergantung dengan berapa pohon yang bisa ia panjat hari itu.

“Semakin banyak kita naik pohon, semakin banyak dapat tuak.

Sekarang (Selasa, 26/9/2023) saya naik empat pohon dapat tuak (manis) 30 liter. Kalau buat gula prosesnya lebih panjang dan memakan biaya lebih banyak. Hasilnya (harga) juga lebih rendah dari tuak manis,” terangnya

Sudirga biasa naik dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari. Sadapan air ental yang telah dipanen lantas disaring dan langsung dimasukkan ke dalam botol untuk kemudian disimpan ke dalam lemari pendingin tanpa mengalami proses fermentasi.

Dalam proses pembuatan ia hanya dibantu oleh keluarganya sendiri. Tak ada karyawan yang secara khusus membantu proses pengolahan tuak manis miliknya.

Tuak manis yang olehnya diberi merek dagang “Lau Janda” ini baru dipasarkan di sekitaran Buleleng. Paling jauh, produknya baru sampai di Denpasar.

Selain dijual di warung-warung yang ada di Buleleng, Sudirga diketahui juga menggunakan media sosial dalam memasarkan produknya. Ia menggunakan sistem cash on delivery (COD) dengan area jangkauan sekitar tempat tinggalnya.

Terkait penjualan, Sudirga mengaku laris atau tidaknya tuak manis miliknya dipengaruhi oleh cuaca dan musim yang tengah berjalan.

“Kalau di musim sepi mungkin (hanya laku sekitar) sepuluh botol. Sedangkan saat ramai bisa 30 sampai dengan 40 botol,” katanya.

Pemasaran dan penetapan harga menjadi kendala utama yang dialami oleh Sudirga. Harga tinggi akan membuat pembelinya lari. Sementara harga murah akan membuat dirinya rugi karena tak menutup ongkos produksi.

Mengandung berbagai vitamin, protein, mineral, karbohidrat, fosfor, kalsium, saponin, serta sukrosa, tuak manis diyakini mampu mengatasi sembelit, panas dalam, sariawan, dan dipercaya oleh banyak pihak dapat mengobati diabetes.

Komentar atas SEGARNYA TUAK MANIS DI BULELENG BARAT

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
 

Layanan Mandiri


Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.

Masukkan NIK dan PIN!

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Lokasi Patas

tampilkan dalam peta lebih besar